Senin, 14 Mei 2012

Saat Hati Tak bersatu Karena Rasa Ragu

Terjadi adalah sebuah pasti
Hari ini terputus sudah ikatan cinta
Beda paham rasa suka yang mendera
Mencipta racun mematikan kepercayaan
Heran belum habis tertuang
Kamu selalu ada kesalahan untuku
Jarak memang sudah terlampui
Jauh ini kurasa akan mendekatkan hati
Siapa saja bisa mengucap
Pembelaan diri juga bisa kuperbuat
Untuk tuduhan bahwa keraguan itu begitu kuat
Tak bisa lagi ku berkata
Dimatamu aku ada pesakitan rasa setia
Biarlah kalo ini sudah menjadi maumu
Iklas bisa kepelajari di hari hari tanpamu
Walau sedikit harap masih bisa berucap
Untuk sebuah ruang dihati 


By : Heru Sukoco

Kado Pahit

Terlewati tiga hari
Dari masa transisi pergantian masa terlewati
Kau pertanyakan lagi sebuah kesetiaan
Penjelasan tak pernah bisa padamkan keraguan
Memang telah banyak waktu yang kita lewati
Terlalu banyak memang salahku
Kulewatkan banyak rasa sayang
Tidak sedikit waktu memang kutak pedulikan
Memang kata maaf gak cukup menebusnya
Aku tak pernah dapatkan kesempatan membuktikan
Karna salah sudah terbayang saat ku berkalimat
Maaf kalo banyak air mata untuku
Tapi kamu harus tau kata hatiku
Untuk mengingat masa yang sudah terlewat
Selamat tinggal untuk semua yang terlewati
Mungkin suatu saat dalam situasi yang berbeda
Mulut kita masih bertegur sapa
Ku ahiri saja semua
Untuk isah ini
Karna sebuah kado pahit di hari masa baru aku lalui 


By : Heru Sukoco

Melewati Masa Nanti

Hari baru
Masa telah berganti
Sebuah nama tak ada lagi
Rasa datang dan pergi
Kutanya diriku
Butuh apa untuk hari hariku
Ternyata aku hanya butuh tetes embun
Meski tak menghilangkan dahaga cukup untuk dinginkan emosi
Bosan sepi dan keterpurukan takan bisa mengintimidasi
Karena aku seorang petarung yang siap mati
Menikmati kesengsaraan seperti sebuah angin berhembus
Dengan senyum lebar melewati sepi yang merong rong harga diri
Walau akanku tersadar oleh tusukan sebuah ingatan duniaku yang dulu
Aku akan berhayal dan berharap disini
Bakal tercipta banyak asa yang menuntun dalam harap kepastian
Untuk maju susuri jalan yang akan mengantarku
Dalam perang besar yang menghadiahkan kemenangan
Untuk para raja yang bisa mengalahkan diri sendiri
Yang keluar sebagai jura dari hasutan nafsunya 



By : Heru Sukoco

Bunga Abadi Yang Sempurna

Berurai ombak hitam rambutnya
Merekah indah bak delima ditaman surga
Sayup hembusan nafasnya seperti seruling jiwa
Hipnotis kesempurnaan untuk mata yang mellihatnya
Warna kulit yang tak bisa diuraikan oleh rasa kagum
Suara merdumu membius malam dalam keabadian
Yang takan terang tanpa kerdipan indah bola mata
Haruskah aku mati ditebas tajam sayu tatapanmu
Tak tau lagi berapa ribu kata untuk menggambarkan semua
Jantungku bisa ribuan kali berdetak untuk menahan perasaan
Cukuplah aku berandai untuk bisa memelukmu
Karena keindahanmu cukup menyejukan
Untuk jiwa gersang yang kering oleh sayang
Semoga bunga ini di petik dewa
Dan abadi selalu mekar disurga
Untuk menebar wangi damai dalam setiap jiwa


By : Heru Sukoco

Bosan

Bangun dalam kesepian
Berjalan menuju sebuah rutinitas membosankan
Sekian kilo meter terlampaui
Menyambut delapan jam dengan sendiri
Sama siapa aku protes
Dengan siapa juga aku lewati hari ini dan yang kan datang
Liat yang lain
Mereka beraktivitas dengan penuh canda
Aku iri Aku dengki
Keadaan telah menipu
Hak dan kewajibanku tidak seimbang
Hingga mencipta rasa malu
Menerima hak tanpa ada kewajiaban yang ditunaikan
Cepat ahiri masa ini
Karena aku sudah bosan

Dipelukan Ibuku

Terbayang dalam pangkuan
Ditimang penuh rasa sayangnya
Itu terus teringat dalam benak
Anganku selalu membawa pulang
Mengulang masa manjaku saat itu
Tidur dalam belaian bunda
Bemanja minta dongeng waktu dulu
Mengantar mimpi indah dalam lelap
Ibu aku mau pulang
Masakan masakan kesukaanku
Dan aku minta itu disuapkan
Ibu aku kangen
Aku mau melapas semua bebanku Bu
Aku mau damai dalam peluk kasih Ibu
Ibu anakmu merindukanmu



By : Heru Sukoco